Menerima
fakta mengurangi derita dan menghadirkan suka cita Manusia
itu unik. Salah satu keunikan itu adalah tentang kebebasan. Mereka bebas, tapi
tidak sepenuhnya bebas. Bebas untuk memilih apa yang hendak dilakukan, tapi
tidak bebas dari dampak dari pilihan tersebut. Covey menyebutnya ujung lain
dari tongkat. Hidup seperti sebuah tongkat yang diletakkan di atas sebuah sumbu
di tengah bagian bawah. Sisi kiri ditekan, sisi kanan akan naik. Begitu juga
sebaliknya. Kalau kanan ditekan, yang kiri naik. Semakin kuat ditekan, sisi
satunya lagi naik semakin tinggi. Meksipun bunyinya berbeda, tapi perumpamaan ini
sangat dekat dan rapat dengan konsep Karma dalam agama Buddha. Intinya ada ini
maka itu ada.
Akibat tidak pernah pasti, meski bisa diprediksi. Ia bagian dari
kehidupan yang penuh dengan misteri. Ia hadiah dari perbuatan masa lalu yang
sangat sulit ditelusuri jejak awalnya. Hadiah ini diterima dan tiba kapan saja
ketika waktunya tiba. Tak ada pemberitahuan, tak ada persiapan, dan tak ada
kesempatan untuk lari. Ia terjadi begitu saja. Tak seorang pun yang mampu
mencegahnya datang. Ketika ia datang, wajah kehidupan pun ikut berubah. Tawa
canda bisa berubah menjadi tangis dan linangan air mata. Momen kebahagiaan
berganti menjadi momen duka. Kabar baiknya, ia bukan saja kurir derita. Ia juga
menghadirkan sukacita pengganti muram durja. Isak tangis pun menjadi senyum dan
tawa pun kembali hadir sebagai penanda ceria. Singkatnya, itulah akibat. Kalau
kita gunakan bahasa Buddhis kita, itulah buah karma. Yang sudah ditanam
akhirnya berbuah.
Kalau hujan sudah diturun, siapa yang bisa mencegah. Saat matahari
sudah terbenam dan gelap mulai menyongsong, siapa yang bisa menahan. Dan ketika
karma sudah berbuah, siapa yang bisa menghindar. Iri hati, dengki dan benci
melihat orang lain bahagia ketika benih karma baik mereka berbuah tak akan
sedikit pun mengurangi manisnya hidup yang mereka sedang rasakan. Umpatan,
cacian dan makian kepada ketidak-adilan hidup di saat benih karma buruh
tergenapi juga tak mengurangi pahitnya hidup.
Mereka malah menambah bumbu kepahitan yang sudah ada sehingga beban
hidup terasa semakin berat. Ini sama dengan marah kepada hujan yang sedang
turun dan jengkel kepada matahari ketika terbenam. Hujan pasti tak akan
berhenti, dan matahari tak akan berhenti terbenam hanya karena dicaci dan
dimaki.
Demikian juga dengan buah karma buruk yang sedang berbuah. Menolak
penderitaan hanya menambah penderitaan. Inti pesan dan ajaran Buddha hanya
satu, akhiri penderitaan sekarang juga ketika kesempatannya masih ada. Manusia
punya pilihan untuk memilih tanggapan atas fenomena yang terjadi, apalagi
ketika buah karma buruk matang menimpa. Menolak hanya menambah derita dan duka.
Menerima membuka pintu dan jendela bagi mentari kebahagiaan untuk menyinari
hati yang sedang gelap.
Masalah dan duka adalah warna kehidupan yang membuat kehidupan
berdetak. Mereka dan kebahagiaan berada di satu koin tapi di sisi yang berbeda.
Kadang yang muncul adalah wajah duka, tapi kadang juga wajah suka. Tentu saja
tak seorang suka berlama-lama menikmati sisi duka. Mereka ingin segera melihat
wajah suka. Caranya sebenarnya mudah. Terima fakta dan kenyataan. Itu saja.
Sangat sederhana. Kebahagiaan bisa segera hadir di saat masalah dan duka
diterima sebagai fakta dan kenyataan. Terima saja. Akui bahwa mereka sedang
bersama kita saat ini. Bahwa sisi kehidupan yang sedang menampakkan wajahnya
adalah sisi gelap. Masalah dan duka membawa energi negatif. Ibarat api, mereka
harus dipadamkan dengan air. Menolak kenyataan sama dengan menambah minyak ke
dalam api. Bukannya padam, apinya malah menjadi makin besar. Menerima dan
mengakui duka berarti menyirami api dengan air. Menyejukkan, menyegarkan dan
memadamkan api adalah sifat air. Ia energi positif yang memeluk energi negatif.
Masalah pasti tidak selesai jika hanya diterima dan diakui. Butuh energi dan kebijaksanaan untuk mendapatkan solusi yang membahagiakan. Menerima fakta dan kenyataan menghasilkan energi sukacita positif yang dibutuhkan untuk menghadirkan kedamaian hati dan kejernihan pikiran. Saat hati sudah damai dan pikiran sudah jernih, kebijaksanaan mulai tumbuh dan solusi mulai terlihat.
Semoga Semua Makhluk Berbahagia - Love You ♥
Masalah pasti tidak selesai jika hanya diterima dan diakui. Butuh energi dan kebijaksanaan untuk mendapatkan solusi yang membahagiakan. Menerima fakta dan kenyataan menghasilkan energi sukacita positif yang dibutuhkan untuk menghadirkan kedamaian hati dan kejernihan pikiran. Saat hati sudah damai dan pikiran sudah jernih, kebijaksanaan mulai tumbuh dan solusi mulai terlihat.
Semoga Semua Makhluk Berbahagia - Love You ♥
No comments:
Post a Comment