Jika tak ada perubahan, tak akan ada kupu-kupu—
Anonim kita adalah tuan dari hal-hal baik dan buruk yang terjadi
dalam kehidupan kita. Hal baik bisa terjadi kapan saja dan mengharap hal buruk
tidak pernah datang sama juga mengharap matahari ti dak terbit besok pagi.
Dunia yang serba dualistik ini memang menyisakan kerumitan sekaligus keindahan.
Disebut rumit karena pikiran yang masih suka membandingkan ini selalu ingin memeluk
erat kesenangan dan tak pernah mau melepaskannya. Sebaliknya, ia amat membenci
kesusahan. Kapanpun kesusahan datang, apapun bentuk dan ukurannya, pikiran selalu
menolaknya. Sayangnya, semakin kesusahan ditolak, ia semakin kuat menyerang. Tapi,
selain rumit dunia juga memang indah. Kehadiran kebahagiaan dan kesusahan sebenarnya
memberikan kita celah bagi kita untuk semakin bijaksana.
Jika kesusahan tak pernah mampir, kita tak pernah bersyukur keti
ka kebahagiaan datang. Kesusahan juga yang menempa manusia menjadi lebih tegar,
kuat, untuk menghadapi kesulitan dan kesusahan di masa yang akan datang yang sudah
pasti datang. Kebahagiaan juga berguna bagi kita untuk membuat kita semakin
bijak. Ia membuat kita sadar bahwa ia juga akan pergi sehingga bagi mereka yang
sudah cukup bijak, mereka melepas kebahagiaan dengan senyum dan menyambut
kesusahan dengan tawa. Dua-duanya sama-sama berfungsi membuat siapa saja yang
mau menerima mereka dengan tangan terbuka dan kehangatan menjadi lebih
bijaksana. Dan buah dari bijaksana adalah apalagi jika bukan semakin bahagia.
Agama Buddha memang indah ketika kita berbicara tentang
kebahagiaan dan penderitaan dengan kacamata yang lebih jernih. Ia membuat kita mampu
melihat bahwa dunia ti dak selamanya suram dan juga tidak selamanya terang.
Buddha memang mengajarkan bahwa ajaran-Nya adalah tentang penderitaan dan akhir
penderitaan. Ini sungguh luar biasa. Buddha tidak hanya berbicara tentang
penderitaan dan penyebabnya, melainkan juga dengan tenang dan seimbang
mengajarkan tentang kebahagiaan dan penyebab kebahagiaan. Derita dan bahagia
sama seperti siang dan malam, bodoh dan pintar, kaya dan miskin. Semuanya berpasangan
dan semua punya penyebabnya.
Malam datang setelah siang, siang datang setelah malam. Namun
hanya orang bodoh yang berharap dia akan segera kaya setelah lama menjadi miskin.
Untuk berubah dari miskin menjadi kaya, siapa saja harus memiliki dan
menciptakan penyebabnya. Ia yang bodoh tetapi mau menjadi pintar besok juga
sama bodohnya dengan si miskin tadi. Jika Buddha secara sederhana menjelaskan penyebab
derita adalah kemelekatan kita, maka penyebab kebahagiaan tentu saja adalah lawannya.
Semakin kita mampu melepas dan melupakan, semakin dekat kita kepada kebahagiaan
dan semakin sering kita bersamanya.
Hidup sama seperti roda. Ia berputar dan bergerak maju. Buat sebagian
orang yang percaya hidup hanya satu kali, mereka juga percaya bahwa roda kehidupan
mereka ikut berhenti keti ka hidup mereka sebagai manusia berhenti di kehidupan
sekarang. Tapi itu memang urusan mereka, bukan urusan saya, Anda apalagi urusan
kita bersama. Seti ap orang punya hak untuk meyakini jalan hidup mereka
masing-masing. Tetapi agama Buddha memang beda. Bukan saja Buddha mengajarkan bahwa
kita ti dak hidup satu kali saja di kehidupan sekarang, Buddha juga mengajarkan
tentang harapan untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik, dan terus
menjadi baik hingga akhirnya mencapai kesempurnaan.
Perumpaan Buddha tentang garam dan air dengan jelas mengajarkan bahwa
kondisi yang lebih baik tersedia bagi siapa saja yang mau berbuat lebih untuk
keadaan yang lebih baik. Bayangkan garam sesendok dituang ke dalam air segelas.
Rasanya luar biasa asin. Lain rasanya jika sang garam dituang ke dalam air
seliter. Rasa asinnya ada, tetapi hamper tak berasa. Jika si garam kita tuang
ke dalam air seember, sudah pasti ia tak mampu lagi membuat sang air menjadi asin.
Garam adalah kondisi kita saat ini serta hal-hal kurang baik yang telah kita
lakukan. Air yang semakin banyak adalah semua hal dan kondisi lebih baik yang
kita lakukan dan ciptakan. Meratapi garam yang sudah kita lakukan dan hasilkan,
tak akan pernah berguna. Sama saja meratapi nasi yang sudah menjadi bubur.
Bukan saja tak berguna, tapi juga menambah panjang daft ar kebodohan di dalam
hidup ini. Menambah semakin banyak air adalah satu-satunya pilihan bijak yang
tersedia bagi siapa saja yang ingin lebih baik dari kondisi sebelumnya. Dan
selama roda kehidupan ini berputar, kesempatan untuk menambah air selalu ada.
Tantangannya cuman satu. Apakah kita bersedia untuk melakukannya?
Hidup memang isinya misteri. Tak ada yang pernah tahu kelanjutan
episode hidup kita hari ini untuk pertunjukan esok. Hal ini menyisakan bukan
hanya tantangan tapi juga harapan. Tantangan karena kita harus selalu siap
dengan kabar baik dan buruk. Harapan karena kita punya andil dan kuasa untuk
membuat hidup selalu lebih baik dari hari ini. Seorang sahabat menulis di
status facebooknya seperti ini: “Anda tidak perlu menjadi lebih baik dari orang
lain. Anda hanya perlu menjadi lebih baik dari diri Anda sebelumnya.” Punya
harapan agar hidup lebih baik bukan sebuah kebodohan. Karena hidup adalah
misteri, ia menyediakan ruang bagi kita untuk menjadi lebih baik. Dan salah
satu kuncinya adalah status facebook tadi. Harapan ini harus dipelihara, tetapi
melekat kepada harapan tanpa berti ndak tentu saja hanya membuat roda kehidupan
jalan di tempat. Tahun baru adalah sebuah momentum untuk menjadi lebih baik.
Punya tujuan agar tahun 2014 lebih baik dari 2013 jelas adalah keharusan.
Memang tak ada jaminan bahwa semuanya akan tercapai, tetapi paling ti dak
sebuah harapan baru telah hadir dalam kehidupan kita.
Semoga Semua Makhluk Berbahagia - Love You ♥
No comments:
Post a Comment