Categories

Thursday, January 9, 2014

Mengelola Harapan


Jika tak ada perubahan, tak akan ada kupu-kupu—

Anonim kita adalah tuan dari hal-hal baik dan buruk yang terjadi dalam kehidupan kita. Hal baik bisa terjadi kapan saja dan mengharap hal buruk tidak pernah datang sama juga mengharap matahari ti dak terbit besok pagi. Dunia yang serba dualistik ini memang menyisakan kerumitan sekaligus keindahan. Disebut rumit karena pikiran yang masih suka membandingkan ini selalu ingin memeluk erat kesenangan dan tak pernah mau melepaskannya. Sebaliknya, ia amat membenci kesusahan. Kapanpun kesusahan datang, apapun bentuk dan ukurannya, pikiran selalu menolaknya. Sayangnya, semakin kesusahan ditolak, ia semakin kuat menyerang. Tapi, selain rumit dunia juga memang indah. Kehadiran kebahagiaan dan kesusahan sebenarnya memberikan kita celah bagi kita untuk semakin bijaksana.
Jika kesusahan tak pernah mampir, kita tak pernah bersyukur keti ka kebahagiaan datang. Kesusahan juga yang menempa manusia menjadi lebih tegar, kuat, untuk menghadapi kesulitan dan kesusahan di masa yang akan datang yang sudah pasti datang. Kebahagiaan juga berguna bagi kita untuk membuat kita semakin bijak. Ia membuat kita sadar bahwa ia juga akan pergi sehingga bagi mereka yang sudah cukup bijak, mereka melepas kebahagiaan dengan senyum dan menyambut kesusahan dengan tawa. Dua-duanya sama-sama berfungsi membuat siapa saja yang mau menerima mereka dengan tangan terbuka dan kehangatan menjadi lebih bijaksana. Dan buah dari bijaksana adalah apalagi jika bukan semakin bahagia.
Agama Buddha memang indah ketika kita berbicara tentang kebahagiaan dan penderitaan dengan kacamata yang lebih jernih. Ia membuat kita mampu melihat bahwa dunia ti dak selamanya suram dan juga tidak selamanya terang. Buddha memang mengajarkan bahwa ajaran-Nya adalah tentang penderitaan dan akhir penderitaan. Ini sungguh luar biasa. Buddha tidak hanya berbicara tentang penderitaan dan penyebabnya, melainkan juga dengan tenang dan seimbang mengajarkan tentang kebahagiaan dan penyebab kebahagiaan. Derita dan bahagia sama seperti siang dan malam, bodoh dan pintar, kaya dan miskin. Semuanya berpasangan dan semua punya penyebabnya.
Malam datang setelah siang, siang datang setelah malam. Namun hanya orang bodoh yang berharap dia akan segera kaya setelah lama menjadi miskin. Untuk berubah dari miskin menjadi kaya, siapa saja harus memiliki dan menciptakan penyebabnya. Ia yang bodoh tetapi mau menjadi pintar besok juga sama bodohnya dengan si miskin tadi. Jika Buddha secara sederhana menjelaskan penyebab derita adalah kemelekatan kita, maka penyebab kebahagiaan tentu saja adalah lawannya. Semakin kita mampu melepas dan melupakan, semakin dekat kita kepada kebahagiaan dan semakin sering kita bersamanya.
Hidup sama seperti roda. Ia berputar dan bergerak maju. Buat sebagian orang yang percaya hidup hanya satu kali, mereka juga percaya bahwa roda kehidupan mereka ikut berhenti keti ka hidup mereka sebagai manusia berhenti di kehidupan sekarang. Tapi itu memang urusan mereka, bukan urusan saya, Anda apalagi urusan kita bersama. Seti ap orang punya hak untuk meyakini jalan hidup mereka masing-masing. Tetapi agama Buddha memang beda. Bukan saja Buddha mengajarkan bahwa kita ti dak hidup satu kali saja di kehidupan sekarang, Buddha juga mengajarkan tentang harapan untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik, dan terus menjadi baik hingga akhirnya mencapai kesempurnaan.
Perumpaan Buddha tentang garam dan air dengan jelas mengajarkan bahwa kondisi yang lebih baik tersedia bagi siapa saja yang mau berbuat lebih untuk keadaan yang lebih baik. Bayangkan garam sesendok dituang ke dalam air segelas. Rasanya luar biasa asin. Lain rasanya jika sang garam dituang ke dalam air seliter. Rasa asinnya ada, tetapi hamper tak berasa. Jika si garam kita tuang ke dalam air seember, sudah pasti ia tak mampu lagi membuat sang air menjadi asin. Garam adalah kondisi kita saat ini serta hal-hal kurang baik yang telah kita lakukan. Air yang semakin banyak adalah semua hal dan kondisi lebih baik yang kita lakukan dan ciptakan. Meratapi garam yang sudah kita lakukan dan hasilkan, tak akan pernah berguna. Sama saja meratapi nasi yang sudah menjadi bubur. Bukan saja tak berguna, tapi juga menambah panjang daft ar kebodohan di dalam hidup ini. Menambah semakin banyak air adalah satu-satunya pilihan bijak yang tersedia bagi siapa saja yang ingin lebih baik dari kondisi sebelumnya. Dan selama roda kehidupan ini berputar, kesempatan untuk menambah air selalu ada. Tantangannya cuman satu. Apakah kita bersedia untuk melakukannya?
Hidup memang isinya misteri. Tak ada yang pernah tahu kelanjutan episode hidup kita hari ini untuk pertunjukan esok. Hal ini menyisakan bukan hanya tantangan tapi juga harapan. Tantangan karena kita harus selalu siap dengan kabar baik dan buruk. Harapan karena kita punya andil dan kuasa untuk membuat hidup selalu lebih baik dari hari ini. Seorang sahabat menulis di status facebooknya seperti ini: “Anda tidak perlu menjadi lebih baik dari orang lain. Anda hanya perlu menjadi lebih baik dari diri Anda sebelumnya.” Punya harapan agar hidup lebih baik bukan sebuah kebodohan. Karena hidup adalah misteri, ia menyediakan ruang bagi kita untuk menjadi lebih baik. Dan salah satu kuncinya adalah status facebook tadi. Harapan ini harus dipelihara, tetapi melekat kepada harapan tanpa berti ndak tentu saja hanya membuat roda kehidupan jalan di tempat. Tahun baru adalah sebuah momentum untuk menjadi lebih baik. Punya tujuan agar tahun 2014 lebih baik dari 2013 jelas adalah keharusan. Memang tak ada jaminan bahwa semuanya akan tercapai, tetapi paling ti dak sebuah harapan baru telah hadir dalam kehidupan kita.


Semoga Semua Makhluk Berbahagia - Love You ♥

No comments:

Post a Comment