Categories

Thursday, April 11, 2013

Manusia dan Penderitaan


Sebagian orang memang kelihatannya tidak ingin untuk terbebas dari masalah. Jika mereka sedang tidak punya cukup masalah yang bisa dikhawatirkan, mereka akan menyetel sinetron televisi untuk mengkhawatirkan persoalan tokoh-tokoh fiksi di dalamnya. Banyak juga yang merasa bahwa ketegangan membuat mereka lebih “hidup”; mereka menganggap penderitaan sebagai hal yang mengasyikkan. Agaknya mereka tidak ingin bahagia, karena mereka mau-maunya begitu melekat pada beban mereka.
            Di dunia ini, kita merasa cemas, putus asa, frustrasi, jengkel, kesal, kecewa, ketidaknyamanan, kesedihan, kesakitan dan rasa jijik. Kita jatuh sakit dan kita menderita. Itu adalah penderitaan dan penderitaan itulah yang disebut penderitaan atau dukkha (duka). Semuanya timbul dan tenggelam. Kita menikmati keberuntungan yang muncul dan keberuntungan itu tidak kekal melainkan akan suatu pergi pada suatu hari. Manusia dilahirkan dan pasti akan meninggal. Itu adalah penderitaan/dukkha. Kita menaiki suatu bus dan kadang-kadang kita harus duduk di samping orang yang kelihatannya sangat tidak menyenangkan bagi kita. Itu adalah penderitaan. Jika Anda bereaksi terhadap situasi tersebut dengan berpikir, "Hari ini aku sangat beruntung untuk bertemu orang-orang seperti ini, saya bodoh berada di sini pada bus ini", maka Anda sedang menciptakan penderitaan. Kita bertemu seseorang di suatu tempat dalam hidup kita dan pada titik tertentu, kita masing-masing harus berjalan menurut jalan hidup kita. Sehingga kita merasa sedih. Itu adalah penderitaan. Jika Anda tidak mencoba untuk mengalami pertemuan atau perpisahan dengan penuh kesadaran, seperti apa adanya, tapi bereaksi - lagi, Anda sedang menciptakan penderitaan dari semua kejadian tersebut. Kita menginginkan mobil Mercedes Benz dan kita mendapatkannya. Kita bahagia namun sekarang orang mengatakan BMW, atau Rolls Royce lebih baik dan lebih mewah. Kita tidak lagi puas dengan  Mercedes Benz yang kita miliki. Ini adalah penderitaan. Kita merasa frustasi di tempat kerja. Ini adalah penderitaan. Kita mengharapkan ucapan terima kasih dari seseorang, dari bos kita, ataupun dari tetangga kita tetapi kita dikritik sebagai gantinya. Oleh karena itu, ini adalah penderitaan. Untuk mendapatkan pujian adalah hal yang lumrah. Sebuah apresiasi adalah hal yang baik. Tetapi jika hal tersebut membuat kita terjebak dalam hal seperti penghargaan dan kemudian kita melekat untuk itu. Kita akan terus menerus berharap mendapatkan lebih dan lebih. Ini adalah penderitaan. Kita menginginkan anak-anak kita untuk berperilaku dengan cara tertentu tapi ternyata kadang kenyataan justru sebaliknya. Sehingga kita merasa kecewa. Kekecewaan juga merupakan Penderitaan. Semua hal tersebut memiliki sifat dasar dari timbul dan tenggelam. Mereka datang dan pergi.
            Jadi apa yang harus kita lakukan? Ada dua hal yang dapat kita lakukan, pertama adalah dengan mengakui adanya penderitaan atau dukkha dan kemudian kita  mencoba untuk memahami sifat alaminya. Artinya bahwa kita mencoba untuk memahaminya sebagimana apa adanya dan mencoba merasakannya apa adanya tanpa bereaksi dengan cara yang umum dan merasakan penderitaan karena perubahan itu serta tidak memberikan suatu nilai. Sang Buddha pernah berkata, "Lihatlah dunia sebagai kesenangan, kemudian sebagai bahaya dan kemudian ada pembebasan dari bahaya itu." (Assada, adinava, dan nissarana). Dengan pemahaman tentang penderitaan atau dukkha, cinta kasih mulai tumbuh didalam hati kita. Penderitaan adalah merupakan objek dari cinta kasih.
Semoga semua makhluk berbahagia. Be happy. ☺

No comments:

Post a Comment