Kalau kita berbicara mengenai gelisah pasti ada hubungannya dengan galau, pikiran yang kacau, kemelut pikiran, bingung, dan lain sebagainya. Banyak orang bilang sekarang musimnya ‘galau’. Galau ini biasanya diidentikkan dengan anak muda, walaupun sebenarnya galau bisa saja terjadi pada siapapun tanpa mengenal usia. Namun, ketika di masa muda si ‘galau’ atau kegelisahan ini lebih sering menghampiri mereka.
Lalu mengapa galau ini sering mendera di kalangan ABG dan anak-anak muda (termasuk penulis) pada umumnya? Di usia ini secara psikologis mereka akan berusaha untuk mengenal jati dirinya. Di masa ini juga pikiran mereka terguncang. Di satu sisi memilih realistis atau lebih dewasa dan memilih kekanak-kanakan dalam memecahkan suatu masalah. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kegelisahan seperti adanya ancaman internal ataupun eksternal, pikiran atau batin yang kacau, adanya tuntutan beban, dan lain sebagainya. Nah, biasanya anak muda galau karena masalah percintaan atau khawatir mengenai masa depannya. Orang muda yang masih perlu banyak belajar, sering mengajukan pendapat kepada orang yang tidak ingin mendengarkannya, di saat seharusnya dia diam. Itu yang menjadikannya kikuk, kaku, malu-malu, salah tingkah, takut salah, tidak PD dan minder. Itu juga yang menjadikannya sensitif, mudah tersinggung, tidak sabaran, gelisah, pemarah, kasar terhadap orang lain, dan sering memarahi dirinya sendiri. Hmm … seni dari proses mendewasa untuk mencapai kedamaian, adalah justru proses yang menggalaukan. Kegalauan adalah jarak antara masa muda yang labil dan masa dewasa yang mapan.
Kalau kita galau tolong diingat bahwa yang kita khawatirkan sekarang akan menjadi kecil sekali nanti. Harus diingat keberhasilan selalu berpihak kepada kita, apabila kita patuh terhadap perilaku yang baik. Tanpa strategi apapun, kita akan mendewasa menjadi lebih besar dari pada hal - hal yang mengganggu kita. Kalau ada yang mengkhawatirkan bagi kita, kita harus melakukan cek seperti ini, apakah ini baik bagiku? Kalau tidak, Tinggalkan. Apakah ini akan menjadikanku lebih siap? Jika iya maka tetaplah khawatir. Kita membutuhkan khawatir untuk tumbuh menjadi kuat daripada yang kita khawatirkan.
No comments:
Post a Comment